Lebaran

06.26 sebut saja dewi 1 Comments

       Rasanya baru kemarin lebaran tahun lalu berlangsung, namun hari ini sudah satu syawal, lebaran datang lagi. Memang waktu sering kali berjalan begitu cepat, membawa perubahan serta perkembangan dalam hidup. Ingatan akan lebaran tahun lalu masih jelas terbayang, bersiap digantikan oleh momen tahun ini.
Allahu akbar Allahu akbar Allahuakbar
Lebaran kali ini syukurlah Allah masih memberi kesempatan untuk merasakan suasana malam takbiran di kursi yang sama seperti tahun-tahun yang lalu, di ruang tengah keluarga dan duduk bersama ibu bapak serta sibuk mempersiapkan rumah untuk menyambut esok hari.
Aktivitas di rumah masih tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya, dan aku menyukai hal-hal tersebut. Ibu yang sibuk di dapur, menyiapkan toples-toples kue yang lantas bersamaku memasukkan kue-kue kering tersebut, dilanjutkan aku yang akan beranjak mengepel lantai dan ibu pasti akan menggoreng-goreng di dapur. Lain bapak, akan ribet sendiri mengurusi kursi, jendela dan perintilan-perintilan kecil rumah. Memang hanya bertiga, namun sangat indah.
Lebaran kali ini lebaran tahun kedua selama profesi, syukurlah Allah dan semesta selalu berpihak sehingga dua kali itu selalu bersamaan masuk departemen kecil yang tidak ada jaga malam, ditambah lagi tepat masuk minggu terakhir putaran, jadi libur dong.
Terkadang juga sedih kalau harus menengok ke rumah sakit dan mendapati teman-teman sejawat sesama koas harus menjalani departemen besar yang ada jadwal jaga malam sehingga tidak mendapatkan kesempatan untuk berlebaran bersama keluarga. Iri pernah sempat terlintas, karena pasti mereka memiliki kebesaran hati merelakan waktu berharga yang datangnya hanya sekali dalam setahun untuk berkumpul bersama keluarga. Yap, saya iri akan kebesaran hati teman-teman saya.
Bagi saya, lebaran saat ini memiliki makna yang berbeda dengan lebaran sewaktu saya masih kecil dan labil. Dahulu, bagi saya lebaran harus punya baju baru dan alas kaki serta mukena baru, syukurlah tak perlu waktu lama untuk menggeser paradigma saya tentang lebaran, hanya beberapa tahun setelah itu saya yang waktu itu masih kecil menjadi sadar, lebaran lebih dari sekedar baju baru, namun kebesaran hati untuk meminta maaf dan memaafkan. 
Awal mulanya dari saya menyaksikan beberapa tetangga saya yang kurang beruntung, jangankan untuk membeli baju baru, untuk hidup keseharian tetangga saya harus bekerja serabutan dan memang mengalami kesulitan yang bermakna sehingga terkadang mengandalkan bantuan dari sekitar. Saya seketika merasa egois karena pernah menuntut untuk dibelikan baju baru ketika lebaran, saat itu Ibu saya menyuruh saya untuk memberikan tambahan uang untuk membelikan baju baru anak tetangga tersebut. 
Hal tersebut membuat saya berpikir sampai beberapa hari, harusnya saya banyak bersyukur bukan banyak merengek. Alasan yang mungkin klasik, namun menurut saya ini titik balik. Tahun-tahun setelahnya, saya tidak pernah meminta baju baru kepada Ibu, kalaupun diberi saya terima dengan senang hati. 
Tidak terasa waktu berlalu sangat cepat, lebaran demi lebaran dan sampai di tahun ini, kalau tidak salah ini tahun ke empat belas saya merayakan idul fitri di usia saya yang sekarang sudah dua puluh empat tahun. Ah, Selamat idul fitri, maaf lahir batin atas segala khilaf kata ataupun perbuatan. 
Sekali lagi, selamat lebaran dan selamat menikmati rumah!


BWI, Lebaran 2016
(d.m)

You Might Also Like

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Terenyuh