Geming

22.17 sebut saja dewi 0 Comments



gambar pinjam di sini


Lelaki itu mencintai seorang perempuan, dan seorang perempuan itu mencintai lelaki yang mencintainya itu. Mereka saling mencintai sejak takdir mendengarkan tetang cerita hidup mereka.

Lelaki dan perempuan itu saling mencintai, mereka saling memilih kata, saling berbincang dan saling menunjukkan bahwa cinta berpihak pada mereka. Saat belum ada seorangpun yang menyapa, mereka telah saling menemukan serta menyapa pada dingin pagi, dan mengucap pisah saat malam mulai lelah. Selalu seperti itu, setiap hari.

Tak ada yang salah atas perasaan yang dimiliki lelaki dan perempuan itu. Tak pernah ada pasal yang memperkarakan bahwa saling mencintai itu salah. Hanya saja satu, lelaki dan perempuan itu bergeming, tak ada yang maju menuntaskan cinta yang saling mereka punya, walau tahu mereka saling membutuhkan. Mungkin mereka tak melangkah karena mereka takut saat posisi mereka yang telah nyaman menghilang atau mungkin mereka takut akan beberapa hal yang tak bisa dijelaskan. Tapi perempuan itu tahu, se-nyaman apapun posisi mereka saat ini, pasti akan berakhir, akan ada yang mengakhiri (entah lelaki atau perempuan itu sendiri).

Lelaki itu membutuhkan perempuan itu. Perempuan itu membutuhkan lelaki itu. Mereka sama-sama membutuhkan, tapi tak ada yang berani memperjuangkan kisah. Ada tembok kokoh yang menghalangi dan mereka sadar itu namun sekali lagi, tak ada satu pun dari mereka yang berniat menyebrangi tembok tersebut, karena terlalu tinggi mungkin.

Lagi, perempuan dan lelaki itu tak pernah melangkah. Kadang mereka saling melempar tanya bagaimana bila "aku berada dalam kamu" dan "kamu berada dalam aku" serta membayangkan bagaimana jika mereka saling mengisi dalam kenyataan. Hanya sebatas itu, tak ada langkah.

Perempuan itu menghela nafas berat untuk semua cinta tanpa langkah, mungkin lelakinya juga.




You Might Also Like

0 komentar: