Dinding Antara Kita
Pada akhir november yang mendingin, dan gerimis membalut satu dua luka kita.
Kita berjalan tertatih, berharap panas menghapus hujan.
Lalu,
kita tertahan, terhenti pada satu dinding.
Menghentikan langkah kau dan aku.
Dalam gerimis yang semakin menjadi, dan dingin yang memeluk,
Satu dua bagian dinding membeku, seiring lenyapnya tawa renyah kita.
Semakin lama kita mematung,
semakin membeku dinding yang kini terlihat kokoh antara kita.
Ah,
tak lagi ada kata dalam kisah kita, hanya beku dan diam.
Dan dinding beku itu semakin menjulang antara kita.
Tapi aku tak berhenti, berharap musim segera kemarau,
dan semoga doa-doaku menjelma dalam kemarau yang akan datang.
0 komentar:
Posting Komentar