Teruntukmu, Tuan

05.58 sebut saja dewi 0 Comments






; teruntuk mu


Musim yang kau bilang musimku telah tiba, penghujan.
Tuan, kau tahu, aku inginkan adanya kita di musim yang menggigilkan badan ini,
duduk berhadapan di bawah jendela yang sesekali terpercik jutaan air mata langit.

Aku berharap kita yang berada di bawah jendela itu, berbincang banyak hal tentang berjuta perkara juga tentang mimpi-mimpimu. Ah, aku suka sekali mendengarmu bercerita, tentang hidupmu juga perjalananmu, meskipun tak banyak tempat yang kau singgahi.
Aku berharap hujan yang turun tak bergegas reda, dan aku masih berharap di bawah jendela itu ada kau-aku. Aku yang memainkan sendok dalam cangkir kopiku dan kau menimang gelas susu hangatmu, lalu kau meletakkan jari-jarimu yang dingin ke sela-sela jemariku, ah, aku bayangkan betapa hangatnya saat itu.

Tuan, tapi semuanya itu hanya harapan kosongku.
Tak ada kau-aku di sana, tak ada perbincangan, tak ada secangkir kopi dan segelas susu hangat....., yang ada mataku yang mulai menghangat menahan air mata.

Tuan, aku merindumu, apalagi ketika hujan menderas di sudut kotaku.
Apa di sudut kotamu hujan turun pada saat yang sama dengan hujan kotaku?
Di sini dingi saat hujan, tuan. Bagaimana di sana, di kotamu?

Aku ingin mengambilkanmu jaket, sarung tangan dan sepasang kaos kaki, lalu memakaikannya padamu, aku tah kau tengah kedinginan dalam rengkuhan hujan kotamu.
Aku tahu kau tak pandai menahan hawa dingin yang dibawa musim ini, itulah kenapa aku inginkan kau-aku saat ini. Aku ingin mengenggam jari-jarimu agar kau tak lagi kedinginan, juga aku ingin merengkuhmu, memeluk tubuhmu agar hangat menjalar dalam setiap aliran darahmu, agar aku yakin bahwa kau tak lagi merasa dingin.

Tuan, bolehkan aku berdoa, memohon agar musim penghujan setelah ini kau-aku bisa duduk berhadapan di bawah jendela?



xxxx



gambar di sini

You Might Also Like

0 komentar: